Akhirnya, setelah sekian lama
menentukan waktu yang tepat, Kau pun mengetahui segalanya. Semua kebohongan
yang selama ini Aku sembunyikan. Sebuah akun fb yang selalu menjadi teman
curhatmu dan sebetulnya itu adalah Aku sendiri. Berat memang mengakui itu semuanya,
tapi bagaimanapun Kamu harus tetap tahu, bagaimanapun ceritanya dan
bagaimanapun yang akan terjadi nanti pada akhirnya.
Mungkin kamu akan marah, ataupun
perasaan lainnya yang akan menjadikan Aku sebagai orang yang tidak akan pernah
kamu kenal selamanya.
Masih ada perasaan tertekan dan beban atas semua kebohongan ini, meskipun Aku sudah mengatakan semuanya. Sampai saat ini, Aku pun tak pernah mengerti bisa mempunyai ide seperti itu. Ah, perasaan ini sudah menggelapkan segalanya. Meskipun Aku tahu dan mengerti setelah percakapan kita malam ini, Kamu tak menjadikan Aku apa – apa. Hanya sekedar menjadi seseorang yang pernah kamu kenal, tak lebih dari itu.
Kini semua hal yang pernah Aku impikan hanya menjadi sebuah penyedap kehidupan saja, tak pernah menjadi sesuatu yang benar – benar menjadi kenyataan. Hidup ini selalu penuh dengan kebohongan, khayalan dan ketidakpastian. Membaca gerak – gerikmu, ini tidak akan menjadi sesuatu yang jadi hal yang begitu penting bagimu. Dan Aku berani bertaruh, bahwa setelah malam ini semuanya akan tetap menjadi sama seperti sebelumnya. Aku dan Kamu, mungkin tak akan pernah menjadi kita. Pedih, tapi siapa peduli ? Kamu pun tidak akan pernah peduli, pastinya. Masih banyak orang lain di luar sana yang akan lebih kamu pedulikan. Bukan seorang pengangguran, dengan wajah pas – pasan, keluarga seadanya dan masa depan yang masih suram. Masih banyak orang lain diluar sana yang lebih bisa menjamin kehidupan yang lebih baik.
Aku sendiri, tak bisa menjamin kehidupanku sendiri. Entah, akan menjadi sesuatu hal yang baik atau buruk pada akhirnya. Aku hanya berusaha untuk mencari, nyatanya selama ini Aku tak pernah menemukannya. Mencari dan terus mencari tanpa pernah menemukan jalan yang berujung. Lantas, siapa yang salah ? Aku ? Kamu ? Atau perasaan ini ? Yang jelas, Aku tak bisa menyalahkan semuanya, terutama kamu. Mungkin Aku dulu terlalu berfantasi untuk bisa memiliki kamu, menjadikan kamu sebagai Ibu dari anak – anak kita kelak. Semua hanya ilusi. Lalu, apa yang perlu diluruskan ? mungkin perasaan inilah yang perlu diluruskan, agar tidak menjadi salah jalan pada akhirnya. Ini semakin menjadi beban, semakin menekan perasaan.
Kita belum pernah menjadi satu, Aku tetap menjadi seorang pemimpi ketika berbicara tentang perasaan. Di luar sana, mungkinkan akan ada seseorang yang menjadi pendamping hidup, berbicara, tertawa dan berbagi bersama. Mungkin iya, muungkin tidak, mungkin ini bukan tentang Tuhan, hanya saja tentang perasaan seseorang yang tertekan. Setelah semua kegagalan, segala hal yang sudah dilakukan, lantas apalagi yang pantas diperjuangkan ? sepertinya semua sudah mencapai titik klimaks, segala sesuatunya tak mungkin lagi bisa diperjuangkan.
Hingga nanti pada akhirnya, Tuhan yang akan berbicara sendiri. Apakah cinta hanya untuk mereka ? Semakin tertekan dengan keadaan, lalu kepada siapa harus mempertanyakan semuanya. Mungkin lebih baik diam, menjadikan semuanya pelajaran bahwa tak selamanya bisa didapatkan. Semua akan menangis pada akhirnya