Terkadang ada beberapa orang yang
kurang begitu suka dengan kehadiran para pengamen, mungkin karena penampilan
mereka yang sedikit kurang rapih ataupun merasa terganggu ketika berhenti di
lampu merah. Ya wajar saja, kebanyakan orang memang terkadang hanya menilai
dari penampilan luar saja dan saya sendiripun pernah merasakan hal yang sama. Berbeda
ketika bertemu dengan orang – orang berdasi dan pakaian serba rapi, meski tak
tahu siapa yang penting bersikap sopan itu wajib hukumnya.
Saya juga dulu pernah merasakan jadi pengamen, mencari uang dengan bernyanyi dari satu toko ke toko yang lain, mengetuk dengan nada gitar dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Tidak ada perasaan malu sama sekali, karena kami bekerja dengan memberikan suguhan yang bisa di nikmati. Berbeda dengan orang – orang yang hanya berdiam diri duduk di trotoart, setidaknya ada hal yang kami lakukan terlepas mereka memberikan bayaran atau malah terjadi pengusiran ketika selesai mengamen. Tapi, disanalah letak keasyikan dari mengamen itu sendiri. Seperti di kutip dari salah satu lagu Iwan Fals – Seperti Matahari “ Memberi itu terangkan hati “, mendapat bayaran bukanlah tujuan utamanya bagi saya tetapi menghibur secara live dan spontan.
Sebetulanya banyak potensi terpendam
yang sayang jika tidak dikembangkan dari para pengamen, apalagi ketika saya berselancar
di Youtube dan menonton beberapa video dari para pengamen yang sangat luar
biasa. Tidak hanya musik yang mereka sajikan, tetapi ada beberapa keahlian yang
tidak dimiliki oleh para pengamen biasanya. Baik itu dari cara memainkan musik
maupun lirik – lirik lagu yang di buat menarik, baik itu menjadi sebuah lagu
yang romantis, agamis, nasionalis, politis, pluralis, realistis bahkan miris.
2 dari sekian banyak video yang
cukup membuat saya senyum – senyum sendiri ketika menikmatinya. Video pertama adalah
hasil karya anak kecil berpakaian SD yang mengaransemen ulang lagu Koes Plus – Kolam Susu dan diganti
dengan lirik yang begitu realistis terjadi di Indonesia pada masa – masa sekarang
ini. Dan lihatlah, kedua anak ini begitu asyik dan keahlian di atas rata – rata
memainkan ukulele ( gitar kecil ) dan
juga gendang dari pipa paralon ( entah apa namanya ? ) tetapi dengan peralatan
yang sederhana ini mereka berhasil memberikan performance yang menghibur. Silakan buffering ^_^
Video yang kedua adalah pengamen asal
Jogja, yang sedang perfomance di atas sebuah rombongan bus karya wisata ( sepertinya
). Kedua pengamen ini sedang ingin curhat tentang nasibnya berdua, mulai dari
kehidupannya menjadi seorang pengamen, dan kritikan terhadap realita yang
terjadi di Indonesia. Tapi, meski demikian selalu saja ada guyonan yang di
selipkan di sela – sela lagu yang mereka mainkan dan itu tentu sangat menghibur
para penumpang. Biar tidak penasaran, saya sudah siapkan videonya di bawah ini.
Silakan buffering ^_^
Sebetulnya, masih banyak video –
video dari para pengamen yang sangat berbakat. Hanya saja, tidak mungkin saya memasukan
semuanya di sini. Jika berkenan, silakan saja ikuti tautan video di atas dan
nantipun akan ada video yang serupa. Dan satu hal yang perlu di tiru dari para
pengamen adalah ketika mereka hendak mengakhiri performance selalu menyempatkan
memberikan doa. Seperti halnya, video di atas tadi meski di ikuti dengan kata –
kata seperti ini “ Seribu – seribu tidak apa – apa, yang penting memberi daripada
tidak sama sekali “. Dan itu sangat wajar, karena mereka sedang bekerja
meskipun itu (mungkin) bukan mata penceharian yang mereka dambakan sebetulnya.
Pesan saya hanyalah satu, jika
Anda bertemu dengan pengamen perlakukanlah mereka sebagaimana memperlakukan
manusia pada umumnya. Mereka hanya mencari nafkah untuk melanjutkan hidupnya,
hanya saja nasib mereka tidak sebaik mereka yang berdasi. Dan jika Anda
mempunyai rezeki yang lebih, tak ada salahnya berbagi. Sekali lagi It’s AboutYour Way ^_^
0 comments :
Post a Comment