Bulan Ramadhan, "puasa massal" yang terjadi 1 tahun sekali ini selalu menghadirkan sensasi yang baru di setiap tahunnya. Satu hal yang pasti adalah bulan ini sangat di tunggu oleh semua umat muslim di dunia. Mengapa tidak ? Keberkahan yang ada didalamnya menjadikan ketertarikan tersendiri bagi setiap muslim. Mulai dari pahala yang berlipat ganda dan juga kebaikan lainnya yang hanya ada di bulan ramadhan. Nuzulul Quran, yang konon merupakan hari turunnya wahyu pertama yaitu Surat Al - Alaq ayat 1 - 5. Dan juga Lailatul Qadar, malam yang hanya dapat ditemukan ketika bulan ramadhan ini memiliki keistimewaan lebih daripada 1000 bulan.
Tetapi, Saya merasakan ada beberapa fenomena yang semakin membuat ramadhan ini menjadi berkurang kesakralannya. Entah hanya perasaan saja, atau memang benar begitu adanya ? Tidak sama seperti halnya ketika Saya masih kecil waktu dulu, sekarang di usia yang ke-22 banyak sekali merasa kehilangan tradisi yang begitu lekat berhubungan dengan ramadhan itu sendiri dan ini juga membuat atmosfer ramadhan semakin berkurang. Mungkin, karena tempat tinggal Saya yang berada di daerah perkampungan dan masih lekat dengan tradisi yang sudah ada sejak dulu, makanya Saya merasa kehilangan. Meskipun, hal tersebut bukanlah sebuah keharusan tetapi Saya benar - benar merasa kehilangan dan selalu ingin kembali ke masa itu.
Tetapi, bagaimanapun juga selama bulan ramadhan ini masih tetap saja ada tradisi yang tidak punah di telan zaman, bahkan ada beberapa tradisi hasil "kloningan" perayaan yang lainnya.
"Rebutan" Hilal
Maaf, jika kata - katanya ada yang tidak berkenan. Ya, polemik ini selalu muncul ketika memasuki awal bulan ramadhan. Banyaknya organisasai keislaman di Indonesia menjadikan keberagaman semakin indah. Tetapi, bagaimanapun ini adalah suatu keberkahan tersendiri dengan adanya keberagaman ini. Wajar jika ada beberapa organisasi keislaman yang sedikit berbeda faham ketika menentukan awal bulan. Karena yang satu menggunakan hitung - hitungan menggungan ilmu astronomi (Hisab) dan yang lainnya menentukan dengan "mengamati" bulan (Ruhyat). Tidak ada yang salah dari keduanya, karena semuanya sama - sama menjadi pedoman masing - masing. Meskipun akan berbeda ketika mengawali puasa, tetapi itu tidak jadi soal. Yang penting, sama - sama khidmat menjalankannya.'
Munggahan
Tradisi yang satu ini memang bukan sebuah kewajiban yang harus dijalankan ketika mendekati bulan ramadahan. Ini hanya bagian dari tradisi muslim di Indonesia ketika mendekati bulan ramadahan. Biasanya akan diisi dengan berkumpul bersama kerabat, teman ataupun keluarga. Pergi ke tempat wisata, ataupun makan bersama. Ya, kurang lebih seperti itu munggahan ini di lewati. Meskipun tidak ada dalam Al - Quran bukan berarti ini adalah sesuatu yang diharamkan. Justru ini akan memupuk rasa saling berbagi antara yang satu dengan yang lainnya.
Ngabuburit
Tradisi ini tidak ada habisnya, bahkan semakin menjadi - jadi dari tahun sebelumnya. Memang, banyak orang yang menjadikan ini sebagai cara sebelum menunggu waktu magrib. Lihat saja di jalanan ketika sudah memasuki ashar, antusias untuk ngabuburit semakin menjadi - jadi saja. Tempat - tempat nongkrong, taman, alun - alun menjadi tempat favorit sepertinya. Contohnya, ketika memasuki daerah alun - alun, dadaha dan juga tempat lainnya. Ini terlihat dari kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan, bahkan di daerah Cikalang yang di hari - hari biasa tidak begitu padat dengan arus lalu lintas, ketika bulan ramadhan justru cenderung terjadi kemacetan. Dan Saya pun sempat beberapa kali terjebak disana. Ada Apa dengan Kota Tasikmalaya ?
Penampakan Kemacetan di "HZ" |
Tapi, ini justru menjadi keberkahan tersendiri bagi sebagian orang. Banyak pihak yang menjadikan momen ini untuk menambah penghasilan. Kuliner salah satunya, banyak orang yang sengaja membuat lapak dagangan. Seperti halnya di Dadaha, lapangannya selalu penuh dengan pedagang. Baik itu pedagang yang lama maupun pedagang yang membuka "lapak" ketika bulan ramadhan saja. Wajar jika kuliner menjadi tempat yang begitu diminati ketimbang hal lainnya ketika ngabuburit, karena biasanya yang pertama di makan ketika buka puasa adalah jajanan hasil ngabuburit tadi. Dan beruntunglah mereka yang bisa merespon momen ramadhan ini dengan baik dan membuka lapangan pekerjaan baru.
Salah satu jajanan di Dadaha |
Berbeda dengan komunitas seniman yang ada di Tasikmalaya. Leo Si Penatap Bulan menggagas sebuah kegiatan baru untuk mengisi waktu ketika ngabuburit ; "Tadarus Sketsa". Keahliannya menggambar, baik itu sketsa ataupun karikatur membuat ingin melakukan "Sketsa on the Road". Ketika sudah memasuki waktu ngabuburit, dengan semangat keikhlasan dia sudah bersiap - siap di kawasan "HZ" untuk "bertadarus". Menangkap berbagai kejadian yang ada di HZ ataupun melayani pejalan kaki yang ingin di gambar wajahnya. Ya, menarik memang. Dengan kemampuan yang di miliknya, ia berhasil menjadi momen ini menjadi begitu spesial. Jika ketika ramadhan dahulu dia berjualan kartu ucapan lebaran, maka dia memilih jalan ini untuk menghibur dirinya dan juga pejalan kaki. Ya, tekhnologi yang semakin canggih membuat orang - orang lebih senang berbagi ucapan selamat melalui jejaring sosial dan juga sms.
Tidak hanya itu, tadarus sketsa ini juga di isi dengan Accoustic Performance dari komuntias kesenian Tasikmalaya, Edi Martoyo, Qeis Surya Sangkala, Wit Jabo Dongkrak, dan juga anggota komuntias seniman laiinya di Tasikmalaya menghadirkan hiburan bagi para pejalan kaki yang ingin membeli baju baru. Sebuah komposisi yang mengajarkan kita tentang kesederhanaan.
Sketsa Mesjid Agung, salah satu hasil karya Mas Leo |
Tidak hanya itu, tadarus sketsa ini juga di isi dengan Accoustic Performance dari komuntias kesenian Tasikmalaya, Edi Martoyo, Qeis Surya Sangkala, Wit Jabo Dongkrak, dan juga anggota komuntias seniman laiinya di Tasikmalaya menghadirkan hiburan bagi para pejalan kaki yang ingin membeli baju baru. Sebuah komposisi yang mengajarkan kita tentang kesederhanaan.
Accoustic Performance Bung Edi, dkk |
Buka Bersama
Sepertinya tidak "poll" jika ramadhan tidak ikut buka bersama hehe. Ya, biasanya sebuah komunitas, kelas, ataupun perkumpulan yang lainnya akan mengadakan buka bersama. Dengan isi dan juga komposisi yang berbeda - beda. Lihat saja rumah makan yang ada di Tasikmalaya, bahkan sebelum memasuki waktu magrib sudah dipenuhi oleh motor dan mobil. Ya, begitu antusiasnya mereka untuk saling berbagi kehangatan sambil menunggu adzan magrib, berfoto ataupun saling melepas kerinduan antara yang satu dengan yang lainnya.
Takbiran
Bertakbir sebelum menyambut Idul Fitri, ada yang melaksanakannya di mesjid ataupun sambil arak - arakan di jalan. Tetapi kebanyakan justru lebih senang jika sambil arak - arakan di jalan, sambil menyulut kembang api ataupun petasan. Hampir dipastikan ini akan terjadi di beberapa lokasi di Tasikmalaya. Contohnya saja alun - alun hingga jalan Sutisna Senjaya. Bahkan ketika Saya menuju perjalanan pulang setelah berkumpul bersama beberapa rekan sempat di hadang oleh segerombolan orang yang sedang asyik berjoged di perempatan Pancasila sambil menyalakan petasan dan dipaksa untuk turun. Alhasil, untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan akhirnya Saya memutar jalan, karena jalanan sepenuhnya sudah di halangi oleh mereka. Melihat banyaknya petasan dan juga kembang api yang di temui sepanjang jalan, Saya sempat berpikir "Besok itu Idul Fitri atau Tahun Baru ?"
Idul Fitri
Akhirnya, hari yang di tunggu - tunggu tiba juga. Setelah melewati berbagai aktivitas di bulan ramadhan ini, dari mulai sahur, buka puasa, teraweh, dan sekarang di akhiri dengan Idul Fitri. "Ceremonial Maaf - Maafan", ya begitu lah yang Saya rasakan. Ketika Idul Fitri tiba, setelah Shalah Id biasanya pergi bersilaturahmi untuk saling memaafkan, tetapi lagi - lagi Saya menemukan kehampaan pada momen Idul Fitri sekarang dan sebelum - sebelumnya. Entah apa yang terjadi, tapi seperti tidak ada yang istimewa dan hambar. Ketika kecil, momen ini sangat mengasyikan. Berbagi cerita dengan teman - teman seumuran atau hal menarik lainnya. Tetapi, sekarang Saya tidak melihat hal itu terjadi pada anak kecil zaman sekarang. Entah apa yang terjadi ? Mungkin, kehidupan ini sudah semakin berbeda hingga tradisi yang dulu ada, kini hilang entah kemana ? Tapi, berbeda dengan tahun sebelumnya. Idul Fitri sekarang bisa dilaksanakan dengan serempak dan bersama semua muslim di Indonesia (walaupun tidak seluruhnya). Masih ingatkah kejadian kemarin ? Ketika kita dibingungkan dengan 1 Syawal ? hehe.
Tetapi, terlepas dari segala kekurangan yang terjadi di bulan ramadhan ini, semoga puasa kita di terima dan menjadikan amal kebaikan. Dan Saya mohon maaf, jika selama ini Saya telah membuat postingan yang kurang berkenan. Selamat menjadi manusia yang fitri, terlahir kembali dengan segala kebaikan. Amin ^_^