Monday, May 28, 2012

Bersungguh - sungguh atau Bersabar ? Benarkah Allah Tidak Adil ???

Banyak orang mengatakan “ Man Jadda Wajadda “ yang merupakan salah satu dari hadits Rasulullah S.A.W dan kurang lebih artinya adalah “ Siapa yang bersungguh – sungguh, maka akan mendapatkannya”. Atau ada juga yang mengatakan “ Buah Sabar itu Manis ” sebagai ungkapan yang ada kaitannya dengan proses hidup yang dijalani manusia. Dan sampai sekarang saya tidak pernah tahu seperti apa rupa dari buah itu dan seberapa manis buah itu sebetulnya ? Ataukah mereka hanya mengada – ngada buah itu saja ? Seperti halnya buah holdi yang di makan oleh Siti Hawa dan hingga sekarangpun masih menjadi misteri. Lalu mana yang benar ? Orang yang bersungguh – sungguhkah atau justru orang yang bersabar ? Yang nanti akan lebih dulu menuju pada gerbang kesuksesan dan pada akhirnya akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.


Di dalam Al – Quran Surat Ar – Ra’du ayat 11 di katakan bahwa “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Kebanyakan orang hanya “sekedar” tahu penggalan ayat yang di garis bawahi saja dari ayat ini dan tidak membaca isi dari semua ayat tersebut. Dan pengetahuan atas ayat ini sudah begitu menjalar dan berkembang sangat pesat sehingga menjadi “trend” yang tidak asing lagi. Disana juga dikatakan bahwa “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya “. Dan jika kita membaca hingga tuntas ayat ini, maka persepsi yang mengatakan bahwa kita lah yang sebetulnya menentukan nasib kita sendiri itu akan hilang. Dan muncul satu pertanyaan baru, “ Jika yang menentukan keadaan itu adalah diri kita sendiri, lantas kenapa jika Allah menghendaki keburukan kita tidak dapat menolaknya ? ”. 

Sebagai mahluk intelektual yang diberikan akal oleh Tuhan, kini bukan saatnya lagi kita hanya menjadi “pengikut” dan  mengiyakan perkataan orang lain ( saja ). Tetapi, kita harus bisa berfikir lebih mendalam atas semua yang kita dapatkan dari perkataan mereka. Fenomena kata – kata bijak ataupun kata – kata motivasi bagi sebagian orang yang mereka dapatkan di dunia maya dan khususnya di jejaring sosial mungkin bisa dijadikan satu credit point untuk di jalankan kehidupan nyata. Itu terbukti dengan hampir kebanyakan orang, membuat status ( FB ) dan tweet ( Twitter ) yang dominan dengan 2 hal tersebut. Dan juga, munculnya berbagai tokoh motivator baik itu yang berbau islami, bisnis, bahkan cinta sekalipun. Terlebih, mereka itu adalah orang – orang yang memang pakar dan sudah berhasil di bidangnya. Siapa yang tidak kenal Mario Teguh ? Bob Sadino ? Andrie Wongso ? Aa Gym ? Arifin Ilham ? Robert Kiyosaki ? dan Bill Gates?. Mereka adalah sebagian dari banyak tokoh yang sering memberikan ceramah online di dunia maya. Dan Mario Teguh mungkin yang paling banyak digemari, terbukti dengan hanya dalam waktu beberapa detik saja status yang beliau buat itu bisa mendapatkan ratusan bahkan ribuan “like” dan komentar. Sayapun sampai tidak habis pikir kepada mereka yang memberikan kedua hal tersebut dengan waktu yang sangat singkat, apakah mereka benar – benar memahami maksud dari kalimat yang mereka baca, ataukah hanya sekedar memberikan “jempol” dan berkata “SUPER”. Mereka bisa berkata seperti itu karena mereka sudah sukses di bidangnya. Bayangkan ketika mereka hanyalah manusia biasa seperti kita, apakah kita masih mau mendengarkan ceramah dan menjadi pengikutnya ? Mungkin mereka akan bernasib sama seperti teman atau orang di sekitar kita, yang hanya akan dijadikan sebagai bahan tertawaan atas apa yang mereka ajarkan kepada kita. Karena mereka juga mempunyai nasib yang tidak jauh berbeda.



Pernahkah kita berpikir ? bahwa apa yang mereka katakan sebetulnya tidak bisa diimplementasikan pada kehidupan kita ? Karena setiap orang memiliki kekhasakan tersendiri, pola pikir, adat, adab, watak, sifat, serta berbagai hal yang hanya dapat dirasakan oleh individu itu sendiri dan itu sangatlah privasi. Atau lebih simpelnya, apa yang mereka katakan itu hanyalah sebuah “penciptaan motivasi saja” kepada kita, dan mereka pada kesehariaannya juga tidak bisa melaksanakan hal serupa. Karena jika memang mau, setiap orang bisa membuat kata – kata bijak tetapi itu pada kenyataannya semua tidak pernah mereka lakukan. Seperti halnya ( mohon maaf ), misalkan ada satu kejadian dimana salah satu dari anak Pak Mario Teguh memecahkan gelas di dapur. Mungkinkah beliau akan berkata seperti ini “Anakku yang baik hati, gelas itu gunanya untuk minum bukan untuk dipecahkan. Sekarang, lekaslah bersihkan pecahan gelas tersebut dan ambil gelas yang baru ”. Itu mungkin saja, tetapi butuh kelapangan hati yang sangat kuat dan juga pengendalian emosi yang sudah sangat terampil untuk mengatakan hal seperti itu. Tetapi, ketika keadaan Pak Mario Teguh sedang lelah, habis pulang kerja, banyak pikiran mungkin kata – katanya akan seperti ini “Kamu, kenapa gelasnya dipecahin ? Gelas itu buat minum, bukan buat dipecahin ! Cepet beresin, lain kali pake gelas plastik saja !!!” Dan hal tersebut sangatlah wajar, karena manusia terkadang khilaf dan tidak dapat mengontrol emosinya. Sekali lagi, ini hanya perumpamaan saja. Atau, pernahkah kita membaca sebuah kutipan “Hidup Ini Tak Seindah Kata – Kata Mario Teguh”. 
 
Dan memang betul, terkadang yang dikatakan Pak Mario Teguh itu terkesan terlalu memberikan angin segar. Karena pada kenyataannya, tidak mudah untuk bersikap baik dan bijak ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan. Mungkin, kita bisa mengatakan baik – baik saja tetapi kita tidak dapat membohongi hati atas apa yang kita rasakan sebenarnya. Karena hidup ini adalah milik kita, dan kita yang lebih tahu tentang yang kita alami dan rasakan.

Kembali lagi pada pertanyaan di atas, siapakah orang yang benar dan akan menuju pada gerbang kesuksesan, orang yang bersungguh – sungguh ataukah justru orang yang bersabar ? Untuk tahu jawabannya, mari kita kaji 3 paragraf terakhir. Berawal dari Surat Ar – Ra’du ayat 11, ada 2 ayat yang jika kita baca secara sepintas saling bertolak belakang. Di satu ayat, kita lah yang menentukan nasib, tetapi pada lanjutan ayatnya justru Allah lah yang seakan – akan menentukan nasib kita. Lantas, bagaimana kita menafsirkannya ? Pada kutipan yang pertama dikatakan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Disini jelas di di katakan bahwa kita lah yang menentukan nasib kita sendiri. Memang, secara langsung kitalah yang menentukan nasib itu karena kita sendiri yang menjalankannya di dunia. Tetapi, ada makna terselubung yang harus diperhatikan yaitu bahwa ayat ini mengajarkan kepada kita untuk selalu tetap berusaha mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik. 

Seperti halnya induk ayam yang terkadang membiarkan anaknya mencari makan, bukan berarti dia tidak menyayangi anaknya tetapi ini justru mengajarkan tentang kehidupan. Bagaimana kita bisa belajar menjadi pribadi yang mandiri dan bertahan untuk hidup. Tidak selamanya kita bisa bergantung pada orang lain, ada saat dimana kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri. Percaya atau tidak, yang paling peduli pada kita adalah diri kita sendiri. “I Care My Self by My Self” itu lah yang harus kita sadari dan saya selalu mengatakan hal ini untuk menyadarkan diri saya agar tidak terlalu bergantung pada orang lain. Teman dan keluarga mungkin selalu ada untuk membantu, tetapi setiap orang memiliki kehidupan dan urusan masing – masing yang terkadang tidak bisa di ganggu. 

Lantas, bagaimana dengan lanjutan ayatnya “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya”. Terkesan tidak adil memang, kita yang sudah berusaha dengan apa yang kita miliki dan bisa kita lakukan pada akhirnya Allah juga yang menentukan. "Allah memang ga adil" mungkin itu yang akan ada di pikiran kita. Tetapi, satu hal yang harus di ingat bahwa kita adalah hanya bagian kecil dari ciptaannya. Ibarat kita sedang membuat satu maha karya, misalkan kita membuat sebuah perahu dari kertas. Setelah kita membuatnya, kita mempunyai hak yang penuh untuk melakukan apapun pada perahu kertas itu. Mau di pake mainan, dilempar, di buang atau di rusak sekalipun ya terserah kita. Tidak akan ada yang bisa melarang, karena itu adalah milik kita. Begitu juga dengan Allah, mau ngasih kebahagiaan atau penderitaan ya terserah Dia itu adalah hak-Nya. Tetapi, kita harus ingat satu hal bahwa Allah itu baik dan bijaksana, dan melakukan apapun sesuai dengan perhitungan. Tidak seperti kita yang terkadang hanya mengandalkan nafsu dan emosi saja. Terlepas ketika terkadang dia memberikan sebuah cobaan kepada kita, yakinlah bahwa itu hanya bentuk dari sebuah penyadaran atas keberadaan diriNya. Dan percayalah bahwa Allah itu adil, bahkan terlalu adil. Dialah Maha dari segala Maha.

Lalu, bagaimana dengan para motivator yang kita kenal selama ini ? Masihkah kita percaya dengan kata – kata mereka ? Masihkah kita mengindahkan kata – kata mereka ? Masihkah kita mengukutinya di Duna Maya ? Masihkah kita berpikir tentang kebenara perkataan mereka ? Itu HARUS !!! Bagaimanapun, tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah mahluk sosial yang selamanya akan membutuhkan bantuan orang lain. Seperti halnya keberadaan mereka yang selalu memotivasi kita dengan hal – hal yang baik dan bijak. Ketika dalam keadaan terpuruk, motivasi terkadang menjadi hal yang lebih dibutuhkan daripada makan. Baik itu dari teman, keluarga, maupun dari mereka para motivator. Terlepas dari semua yang mereka katakana itu benar – benar mereka lakukan atau hanya sekedar menjadi orang bijak saja. Tidak ada salahnya kita belajar dari mereka, dan tidak salah pula ketika melakukan yang mereka katakan. Tetapi, satu hal yang harus kita ingat bahwa pemahaman dari kata – kata mereka. Karena terkadang ada beberapa kalimat yang harus kita pahami lebih dari sekedar membacanya saja. 

Sekarang, lantas apa yang harus dilakukan ? Mengutip salah satu perkataan dari Ust. Yusuf Mansur yaitu “Dream, Pray and Action” perpaduan yang sangat bagus untuk sebuah jalan menuju kesuksesan. Tetapi, saya lebih suka jika “Dream, Action and Pray”. Diawali ketika mempunyai sebuah mimpi tentang sebuah masa depan, semua hal yang ingin kita dapatkan. Sebuah mimpi saja tidak cukup, semua yang kita katakan jika tanpa pembuktian hanya akan menjadi bulan – bulanan orang lain saja. Maka daripada itu, harus ada pembuktian dari semua hal yang kita lakukan, dengan cara merencakan dan melakukan strategi untuk dapat meuwujudkan keinginan tersebut. Action, jangan hanya menjadi seorang pengkhayal. Nah, ketika Ust Yusuf Mansur menempatkan “action” di posisi terakhir tidak bagi saya. Saya lebih suka jika menempatkan berdoa diurutuan terakhir. Ada perbedaan kesungguh-sungguhan yang saya rasakan, ketika kita berdoa dan berjanji kepada Allah untuk melakukan segala hal dalam mewujudkan impian, terkadang kita lupa untuk melakukannya. Tetapi, berbeda ketika kita beraksi terlebih dahulu, dan ketika berdoa kepada Allah kita sudah memberikan kesungguhan dalam mewujudkan impian kita. Tentu, kita juga tidak akan di anggap hanya sebagai seorang pembual saja. Terkadang, ketika sudah sangat tertekan dalam kondisi tertentu Saya sering berkata seperti ini kepada " Saya sudah melakukan semua yang bisa dilakukan, dan Saya pun sudah sangat bersabar dalam menjalankan dan menerima semua keputusan Tuhan. Tapi, tidak pernah mendapatkan apa yang di pinta. Tuhan memang TIDAK ADIL " ataupun kita juga pernah mengalami hal yang sama tetapi dengan sedikit perkataan yang berbeda. " Sampai akhirnya, Aku sadar satu hal. Kamu gak sesayang itu sama Aku " :D . Kalo itu sih, kutipan di film Menunggu Pagi. Maaf Intermezo dulu :D . Allah menyadarkan Saya lewat Ust. Yusuf mansur, dan itu saya benarkan. Selama ini, saya sering lupa untuk berdoa, bukan dalam artian bahwa tidak berdoa sama sekali. Tetapi, berdoa atas semua hajat yang saya inginkan. Dan betapa menyesalnya, semua ini sudah sangat begitu lama. Sebuah do'a yang terperinci, khusus dan keluar dari dalam hati tentu akan dapat lebih dinikmat ketika menghadap. Saya memang bukan orang yang pandai meminta do'a dengan kata - kata yang baik dan tersusun dengan begitu rapi. Maka, saya selalu mengajaknya curhat dan itu berhasil. Seperti tidak ada batasan antara Allah dengan mahluknya, semua mengalir begitu saja seperti halnya kita curhat kepada seorang teman.

Jadi lah seorang pemimpi dan wujudkan semua impian itu. Dream, Action and Pray. Insya Allah..Insya Allah.. Subhanallah...It’sAbout Your Way :)

0 comments :

Post a Comment