Mencermati

Kehidupan tidak hanya dilewati begitu saja, Pelajari Masa Lalu

Rencakan

Merencanakan segala hal untuk kehidupan di masa mendatang

Berpikir

Menimbang, baik dan buruk dari setiap keputusan

Mencatat

Tulis semua impian, buka lah kembali ketika tak punya mimpi

Pukulan

Terkadang, semuanya jadi berantakan. Tak perlu menjadikannya menjadi sebuah penyesalan

Tuesday, January 10, 2012

Saya KELUAR ! ! !

Masih ingat dengan tulisan saya yang berjudul Pilihan Hidup : Antara Skala Prioritas dan Skala dan Pengontrolan Emosi ? Itu lah yang menjadi dasar dari salah satu keputusan yang menurut saya baik. Hari ini, satu dari sekian banyak keputusan yang sebenarnya harus segera di realisasikan. Berawal dari kegelisahan yang terjadi dari ketidakadilan dan juga kebusukan yang sebenarnya sudah lama diendapkan. Dan sebagai seorang manusia biasa yang tidak terbiasa dengan keadaan - keadaan seperti itu, membuat saya sangat tidak nyaman. Dan itulah yang menjadi salah satu dari sekian banyak alasan yang membuat saya "RESIGN" dari pekerjaan yang sudah saya jalani selama 3 tahun ini.


Sebetulnya ini bukan hanya menjadi keputusan saya pribadi, tapi ini adalah hasil dari musyawarah bersama rekan kerja lain yang ingin menuntut hidupnya lebih baik. Tapi, seandainya ini berjalan sesuai dengan skenario yang dijalankan tentu saja ini akan menjadi salah satu jalan terbaik yang akan membawa kami semua pada kehidupan yang semestinya. Tidak menjadi budak seperti sekarang ini, seperti peribahasa " Kerbau di cocok hidungnya ". Semuanya seakan terdiam dan tidak dapat berbuat apa - apa ketika mereka di bodohi dan di tindas dengan peraturan - peraturan yang tidak rasional.

Awalnya, kami akan mengadu kepada Ketua Yayasan yang diperkirakan dapat membantu memberi jalan terbaik dari semua kekacauan ini. Tapi, bagi saya ini adalah hal yang konyol. Karena pada kenyataannya saya mungkin sedikit lebih tahu dari mereka dengan kehidupan yang begitu dekat diantara keduanya. Saya sudah memperingatkan, walaupun beliau mempunyai jabatan yang lebih tinggi bukan berarti mempunyai taring yang cukup kuat untuk mengubah keadaan ataupun sekedar memperingatkan sang pemimpin. Ini bukanlah hal yang baru, dimana sang ketua yayasan memang hanya dapat melihat semuanya berjalan begitu baik dengan sikap sang pemimpin dan seolah - olah menjadi pembela dari setiap tipu muslihatnya. Entah apa yang dipikirkannya, dengan tingkat pendidikan dan juga pemahaman agama yang cukup tinggi seharusnya beliau dapat menjadi sosok yang dapat diandalkan. Tetapi semua terbukti benar, ketika saya menemui beliau untuk sekedar berbincang dengan rekan kerja yang  lain tidak ada rasa empati yang begitu mendalam hanya menjanjikan pertemuan keesokan harinya dengan alasan sedang kurang enak badan. Keesokan harinya, untuk sekedar menagih janji tersebut ternyata beliau sudah pergi ke luar kota untuk menjalankan tugasnya. Dan sontak inipun yang menjadi bukti lain bahwa tidak pernah berbohong tentang apa yang selama ini pernah saya katakan. Semua rekan kerja hanya bisa mengerutkan kening ketika menyadari bahwa inilah yang mereka dapatkan.

Hari ini, 10 Januari 2011 tepat satu hari sebelum tanggal kelahiran saya yang ke-22 semuanya di perjuangkan bersama mereka yang ( katanya ) ingin terbebas dari jeratan kapitalisme. Beberapa hari sebelumnya, kami memang sudah merencakan hal ini dan semuanya sudah dipersiapkan, dari mulai surat tuntutan yang terkumpul dari semua rekan kerja serta resiko yang harus siap dijalani sebagai akibat dari aksi ini. Ruangan kantor yang cukup sesak dari kumpulan para pengadu nasib dan sang sangkala yang duduk mengawasi di meja kehormatannya. Sedikit hening dan tak banyak yang berbicara, hanya suara - suara kecil yang terpenjara di balik jendela dan kursi pesakitan.

Surat tuntutan itupun diberikan kepada sang pemimpin, seperti halnya surat TRITURA yang diberikan kepada presiden Soeharto yang menjabat pada masa kepresidenannya. Sejenak ia membaca dengan sangat khidmat, dan tampak raut muka kekesalan yang tidak dapat dibendung lagi. Selesai membaca surat tuntutan itu, dengan suara lantang beliau langsung meyakini bahwa saya adalah DALANG sekaligus PROVOKATOR dari aksi ini semua. Sebuah persepsi yang wajar menurut saya, karena memang bisa dibilang saya mempunya pengetahuan yang lebih tentang semua rahasia yang di sembunyikan selama ini. Walaupun saya juga tidak merasa enak dengan apa yang dikatakannya barusan, tetapi mencoba untuk tenang dengan sedikit senyuman bisa jadi salah satu pilihan. Tetapi, semakin lama pembicaraan ini semakin menyudutkan saya. Ditambah dengan sikap diam yang dilakukan oleh beberapa rekan kerja yang selama ini menjadi penjilat dan tidak pernah mau terlihat buruk di mata sang pemimpin. Tidah hanya tuduhan sebagai provokator, tetapi penggelapan uang, tidak professional dalam bekerja. Sebuah aksi provokasi yang saya pikir tidak perlu di lakukan, karena sebenarnya hampir semua orang sudah tahu perilakunya.

Perkataan itu terang saja membuat saya geram, dan seketika itu pula membuat suasana di dalam ruangan tersebut berubah menjadi sangat panas antara kami berdua. Saya yang merasa disudutkan dengan tuduhan itu mencoba membela diri dengan menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan termasuk menjawab semua tuduhan yang telah di utarakan sebelumnya. Hingga pada akhirnya perkataan itupun muncul.
" Ya sudah sekarang begini saja, kamu MAU TERUS bekerja atau BERHENTI ? "
" Saya KELUAR !!! "
Tanpa berfikir banyak dan nada yang sangat dingin perkataan itu pun keluar. Tak lama berselang, suasana ruangan langsung hening, dan saya keluar ruangan untuk membereskan arsip - arsip selama bekerja.

Banyak hal yang bisa saya pelajari, termasuk tentang artinya sebuah kepercayaan. Karena berdasarkan keputusan sebelumnya, bahwa kami akan menannggung resikonya bersama - sama. Saya memang menjadi orang paling muda pada saat itu, tetapi itu tidak pernah membuat nyali saya menjadi ciut hingga pada akhirnya harus mengalah seperti rekan - rekan yang lainnya. Tidak pernah ada rasa penyesalan keluar dari pekerjaan ini, karena sebetulnya sayapun sudah berencana untuk keluar. Tetapi, yang saya sesalkan adalah ketidakwarasan mereka terhadap janji yang sudah menjadi komitmen kami bersama.

Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bisa menjadikan pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik It's About Your Way :)