Mencermati

Kehidupan tidak hanya dilewati begitu saja, Pelajari Masa Lalu

Rencakan

Merencanakan segala hal untuk kehidupan di masa mendatang

Berpikir

Menimbang, baik dan buruk dari setiap keputusan

Mencatat

Tulis semua impian, buka lah kembali ketika tak punya mimpi

Pukulan

Terkadang, semuanya jadi berantakan. Tak perlu menjadikannya menjadi sebuah penyesalan

Wednesday, April 10, 2013

Skripsiku Sayang, Skripsiku Malang

Menunggu adalah hal yang paling membosankan dalam hidup Saya. Apalagi, harus berlama – lama menunggu kedatangan dosen hanya untuk meminta bimbingan untuk skripsi. Ya, seperti sekarang ini. Setelah 1 jam lalu Saya hubungi melalui telephone, dan katanya sedang dalam perjalanan. Padahal jarak tempuh menuju dari rumahnya ke kampus tidak akan sampai menghabiskan waktu 30 menit.
Segelas kopi hitam, 1 botol minuman energi dan berbatang – batang rokok telah dihabiskan hanya untuk sekedar menununggu kedatangannya. Ah, entah dimana sekarang beliau berada. Hanya saja, Saya sudah tak kerasan lagi menunggunya sendiri di sini.
Mungkin ini adalah waktu terlama Saya menunggu seorang dosen di kampus, sebelumnya paling lama Saya hanya mampu menunggu kedatangan Dosen sekitar 15 menitan saja. Sepertinya, ini harus masuk dalam catatan “Buku Rekor Dunia” :D.
Saya manusia dan beliau juga manusia, sama – sama mempunyai kesibukan dan sama – sama memiliki kepentingan masing – masing. Tapi menjadi mahasiswa yang harus menunggu berlama – lama sedangkan Dosennya tidak kunjung dating, itu tidak lagi menjadi hal yang manusiawi, mesipun ini sudah jadi tradisi, apalagi ketika sedang memasuki masa – masa penulisan skripsi.
Ini adalah sebuah tradisi yang harus dihilangkan, tradisi konyol yang pada ujungnya hanya akan menguntungkan satu belah pihak saja. Di kampus, mahasiswa menunggu Dosen, sedang di luar sana Dosen masih enggan untuk pergi ke kampus. Atau masih ada keperluan lain yang lebih penting daripada sekedar menemui mahasiswa kesayangannya di kampus tercinta. Pertanyaannya kemudian adalah “Dimana rasa saling menghargai dan menghormati yang dulu diajarkan Dosen semasa kuliah? Apakah ini hanya menjadi sebuah kajian teoritis saja tanpa adanya pengamalan atas semua yang mereka khutbah kan di depan kelas ?
Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan besar yang bisa saja dapat dijadikan sebagai sebuah bahan penelitian skripsi. Tetapi, apakah ada yang mau mengangakat hal ini sebagai sebuah bahan penelitian ? Sepertinya ini hanya akan menjadi buah bibir saja tanpa ada tindakan lebih lanjut. Lagipula, jika nantinya ini menjadi sebuah bahan penelitian, sepertinya ini akan menjadi batu sandungan bagi mahasiswa tersebut. Setidaknya ini akan menjadi semacam sindiran bagi para dosen heuheu.
Pukul 14.00 WIB, sudah 5 jam sang dosen pun akhirnya datang. Dengan muka yang sedikit sinis beliau justru berkata “Bentar ya Rud, ke kelas dulu” sambil menuju salah satu tempat seminar proposal skripsi berlangsung. Ah, sebagai seorang manusia Saya tidak menganggap ini sebagai sebuah bentuk kesabaran. Setelah menunggu sekian lama, dan ketika sudah sampai hanya di beri ucapan manis seperti itu. Ingin rasanya melemparkan barang yang ada di tangan Saya waktu itu. Meski, tidak menuju kea rah mukanya, tapi setidaknya Saya sudah meluapkan nafsu yang terlanjur didiamkan sejak tadi pagi. Begitu mudahnya, beliau mengatakan hal demikian kepada orang yang telah menunggunya sekian lama. Kembali, Saya menanyakan nilai – nilai tentang kemanusiaan yang dulu beliau katakana di depan kelas.
Masih menunggu di depan ruang jurusan, sementara Sang Dosen masih asyik khutbah tentang seminar di kelas. Untuk kali ini Saya merasa menjadi orang yang tertinggal, di saat orang lain sudah mendapatkan SK Bimbingan, Saya masih sibuk mencari jalan akhir proposal. Ini tidak bisa di diamkan, bagaimanapun lulus sebagai seorang mahasiswa, adalah menjadi cita – cita terakhir Saya di kampus ini. Bukan tentang gelar, bukan tentang ketenaran, dan bukan tentang menjadi seorang manusia yang bangga dengan gelar pendidikan. Tapi, Saya sudah sangat muak untuk berlama – lama tinggal di kampus ini.
Masih banyak hal lain di luar sana yang bisa Saya lakukan daripada berpikir untuk menjadi seorang sarjana. Saya pun tidak ingin terus berlarut – larut hanya mengurus perjalanan kesarjanaan ini. Bahkan menjadi seorang sarjana pun bukanlah menjadi hal yang termasuk dalam skala prioritas utama, bagi Saya gelar itu tak cukup penting. Tapi, menjadi orang yang bisa bagi sesame itu jauh lebih penting. Ah, Sang Dosen masih tak juga kelihatan batang hidungnya. Entah kapan beliau akan keluar dari lubang seminat itu.
Sementara awan sudah sangat terlihat mendung, udara mulai begitu dingin, jaket pun sudah tak cukup hangat lagi. Entah berapa banyak batang rokok yang dihabiskan dari tadi pagi, mungkin paru – paru ini sudah sangat hitam, dan rasa kantuk pun mulai menyerang. Ah, entah sampai kapan Aku harus bertahan :/
Benar saja, hujan sudah semakin deras, tapi dingin tak sedikit pun dirasakan. Sementara sang dosen masih asyik dengan mahasiswa seminarnya, dan tak sedikitpun menghiraukan Saya. Pukul 15.34 WIB Saya pindah ke halaman depan perpustakaan. Karena sepatu yang terlanjur basah dan tidak akan nyaman jika harus di buka hanya untuk masuk ke dalam ruangan. Sementara itu, Saya semakin gelisah, sedang hujan tak juga kunjung reda. Mustahil jika mesti pulang sekarang, dan mustahil pula jika harus terus berlama - lama di kampus "tercinta" ini. 
Semuanya semakin memuakan,  sebungkus rokok sudah dihabiskan, padahal Saya belum makan nasi dari pagi. Ini lah pengorbanan mahasiswa mu Pak Dosen, membiarkan perut keroncongan dan dan terlarut dalam penantian hanya berbekal sedikit harapan. Oh Pak Dosen, apakah Anda masih menyimpan sedikit rasa kemanusiaan ?
Tak pernah Saya diam di kampus hanya untuk menunggu seorang Dosen hingga sore hari seperti sekarang ini. Ini semua hanya untuk menghormati orang tua yang selalu menginginkan anaknya menjadi orang yang berhasil. Jika tidak berpikir tentang ini, Aku pun tak sudi duduk berlama - lama di sini.
Angin semakin kencang, dingin semakin merangsak ke seluruh tubuh. Sampai tulisan ini Saya ketik, sang dosen masih enggan menemui mahasiswa yang malang ini.

Skripsiku Sayang, Skripsiku Malang......