Dulu, Kita sama - sama tidak saling begitu dekat, bahkan mungkin Kamu sudah berprasangka yang bukan - bukan. Ya wajar saja, waktu SMA Aku memang begitu dingin saaat bertemu denganmu. Seperti ada perasaan dendam atau tidak suka jika kita berpapasan. Benar saja, itu memang terjadi dan Kamu sendiri yang mengakuinya. Ketika Kita berbincang di ruang ramu rumahmu bersama salah satu teman dekatmu pas SMA. Dengan gaya yang sedikit judes kau memperagakan kesan pada saat kita pertama bertemu waktu itu.
"Oh.....ini yang namanya Rudy...."
Dan selanjutnya, Kau pun tertawa karena baru sadar Aku tak sejudes ketika SMA. Sosok judes itu hilang, ketika Kita di beberapa waktu sering "chatting" bersama. Memang, Aku pun tak tahu entah bagaimana bisa begitu cukup dekat denganmu, padahal kita tidak pernah berbicara apalagi bercanda sebelumnya. Pada saat itu, hanya sedikit senyuman kecil yang keluar dari bibirku. Maklum, ini adalah perbincangan Kita yang pertama kalinya, meski dulu kita satu sekolah.
Sambil menghisap rokok, Aku menyembunyikan rasa gugup waktu itu. Tidak terasa, sudah 5 batang kuhabiskan sampai Aku beranjak pulang. Bahkan, Aku sendiri tersadarkan olehmu yang menghitung berapa banyak batang rokok yang kusulut waktu itu. Ah, mungkin Kau sudah membaca kegugupanku. Karena bagi kebanyakan lelaki, menghisap rokok adalah salah satu cara yang cukup ampuh untuk menyembunyikan rasa gugup. Seketika, muka ku memerah, ternyata Kau menghitung sejak awal :D.
Panggil saja "Luigi", memang bukan nama aslinya. Tapi, Aku lebih suka memanggilnya demikian ketimbang "Mawar" atau "Melati". Biasanya, panggilan tersebut idientik dengan korban pemerkosaan dan pencabulan. Dan Aku tak mau menyamakanmu seperti mereka :D.
Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang Guru PPL Bahasa Indonesia waktu SMA, bahwa Aku adalah seorang "Pembohong Besar", karena katanya Aku pandai sekali membohongi orang lain dengan cara menyembunyikan perasaan. Entah darimana Dia mengetahuinya, yang jelas itu adalah benar adanya. Memang banyak orang mengatakan bahwa Dia mempunyai kemampuan untuk membaca isi hati orang lain, padahal Aku sendiri belum pernah memberikan hatiku kepada Guru PPL tersebut. Lalu, bagaimana cara Dia membacaya ? :D. Ah, sudahlah itu tidak terlalu penting ckckck.
Jika Dia mengatakan demikian, itu bisa saja benar, seperti yang terjadi sekarang ini. Dulu, Aku memang bersikap dingin atau bahkan judes ketika bertemu denganmu. Tidak lain, ini hanyalah sebuah siasat untuk menutupi kalau Aku menaruh hati padamu. Di sela - sela waktu, Aku sering memperhatikanmu ketika sedang berjalan bersama beberapa teman sekelasmu di halaman sekolah, pergi ke kantin, atau hal - hal lain yang tidak pernah Kamu sadari sebelumnya. Tapi itu lah kenyataannya, Aku hanya bisa memandagimu dari jauh dan menguping beberapa kabar dari pembicaraan teman yang lain tentangmu.
Jujur saja, ini memang tidak mudah dilakukan. Berpura - pura judes dan juga acuh bukanlah perkara mudah jika bertemu denganmu. Tapi, ini lah yang harus dilakukan untuk mengubur semua keinginan agar bisa merebut hatimu. Kenyataan lah yang menyadarkanku, bahwa Kita memang berada di jajaran sosial yang begitu jauh. Tidak hanya itu, Aku yang berkulit sawo matang ( bahkan mungkin terlalu matang :D ) sepertinya tidak cukup baik untukmu yang mempunyai kulit yang putih dan halus serta hidungmu yang mancung. Sedangkan, waktu itu wajahku selalu penuh dengan jerawat yang besar, dan juga komedo yang membuat wajahku selalu terlihat kucel dan dekil. Parahnya lagi, meski Aku menyadarinya tapi tak pernah mengubahnya menjadi lebih baik :D.
Ini adalah kenyataan pahit yang tidak bisa dilupakan, mencintaimu seperti kisah Si Cantik dan Pangeran Kodok, yang menjadi pembeda hanyalah akhir ceritanya. Meski ingin, nyatanya Aku tak pernah ingin mencintaimu akan menjadikan beban yang akan menambah kepedihanku selama ini. Meski pedih, tapi harus Ku kubur dalam - dalam agar bisa menjalani kehidupan dengan wajar dan semestinya. Setidaknya, berpikir realistis dengan keadaan yang ada akan membuat ini sedikit nyaman. Banyak orang bilang, bahwa cinta itu tidak membutukan materi, bagiku itu OMONG KOSONG !!! Wanita mana yang ingin menjalani hari - harinya berpacaran hanya dengan berjalan - jalan tanpa ada tujuan yang jelas ? Sesekali, mungkin harus di ajak nonton, kencan atau apapun seperti kebanyakan orang pacaran pada umumnya. Dengan kondisi waktu itu, dan hingga saat ini tentu saja ini menjadi masalah yang tak kunjung usai. Tidak memaksakan kehendak, seperti itu lah yang sudah Aku pelajari hingga sekarang ini.
Sudah 7 Tahun atau mungkin lebih, sejak Aku berpura - pura bersikap dingin dan judes kepadamu. Yang pasti, sejak kelas 1 SMA Aku sudah mulai menyukaimu, dan sampai saat ini Kau pun tak pernah mengetahuinya. Waktu yang sangat lama memang, untuk membohongi dan membodohi diri sendiri dengan perasaan ini. Tentu saja, ini memang begitu pedih. Tapi, ini akan terasa pedih jika nanti pada akhirnya Aku tidak bisa membendung lagi semua perasaan ini dan harus memberitahukan semuanya. Lagi - lagi Aku mencoba berpikir realistis dengan situasi yang ada.
Hingga pada akhirnya, beberapa hari yang lalu ada beberapa foto muncul pada akunmu di unggah di sebuah jejaring sosial. Alhamdulillah, ternyata itu adalah sebuah foto prosesi lamaran :D. Meski pedih, tapi setidaknya Aku harus bersyukur karena sudah ada lelaki yang kelak akan menjadi suamimu. Seorang lelaki lulusan Universitas Negeri di Bandung jurusan B. Jerman yang juga merupakan kakak kelasmu waktu itu, dia lah yang akan menjadi calon suamimu. Putih, tampan, mancung, dan (kelihatannya) mapan. Sepertinya Kamu bahagia dengan ini semua. Ya, Aku hanya bisa mengira - ngira karena memang tidak begitu kenal dekat dengannya. Wajar saja, pertama kalinya bersalaman dengan dia adalah ketika pertama kalinya juga berkunjung ke rumahmu. Jadi, tidak ada banyak waktu untuk mengenal lebih dekat.
Bulan Februari tahun depan, jika tidak ada halangan Kau akan menikah dengannya. Entah gaun apa yang akan Kamu kenakan nanti kelak, tapi sepertinya senyumanmu akan membuatnya indah ketika bersanding di kursi pelaminan. Memang, tidak ada lelaki yang sanggup melihat wanita yang didambakannya bersanding di pelaminan dengan lelaki lain. Tapi, mungkin itu lah yang akan terjadi ketika nanti Aku datang ke pesta pernikahanmu jika Kamu berkenan untuk mengundang.
Melihatmu bahagia dengannya adalah kesedihan dan kebahagiaan yang bercampur padu. Tapi, Aku lebih memilih bahagia agar tidak merasa terbebani pada akhirnya. Sementara itu, biarlah Aku merapikan hati ini untuk beberapa saat. Suatu saat, Aku pasti akan memberi tahu mu tentang semua ini dan akan membawakan kado yang sangat spesial ketika pernikahanmu. Semoga ^_^
0 comments :
Post a Comment